Jumat, 16 November 2012

SABAR bukan berarti lemah dan bodoh



SABAR bukan berarti lemah dan bodoh
              Suatu saat kita naik mobil angkutan umum dari kota A menuju kota B. Tarif angkutan yang berlaku resmi adalah  Rp. 15.000,- . Sopir mobil angkutan yang kita tumpangi  telah menarik ongkos Rp 30.000,-. Kita disuruhnya bersabar atas perlakuan ini, alasannya sabar adalah perilaku terpuji. Kemudian mobil yang kita tumpangi tersesat jalan karena ternyata sopirnya belum hafal jalan. Kita telah berkorban uang dan waktu, sementara rombongan- rombongan yang lain sudah sampai ke kota B, dengan mobil dan sopir angkot yang lain tentunya, kemudian sopir kita lagi-lagi menyuruh kita bersabar, dan meminta ongkos tambahan lagi karena jarak tempuhnya menjadi lebih jauh sebab tersesat tadi. Lagi-lagi sopir kita menyuruh kita bersabar dan bersabar.
Apakah kalau kita patuh dan taat pada sopir dengan dalih sabar, kita juga akan tetap patuh dan bersabar?
Jawaban anda menggambarkan kualitas pemahaman anda akan makna sabar yang sebenarnya.

Selasa, 23 Oktober 2012

KESOMBONGAN



Janganlah orang sholih merasa lebih suci daripada orang lain
Dikisahkan bahwa Nabi ‘Isa AS sedang berjalan bersama para umatnya yang sholih-sholih.
Ada seseorang  yang merasa sedih dan hina karena telah banyak berbuat dosa,  ia menyesalinya dan bertaubat memohon ampunan kepada Allah. Melihat rombongan Nabi ‘Isa AS tersebut, dalam hati ia memohon, alangkah bahagianya apabila ia dapat bergabung dalam rombongan orang-orang sholih bersama Nabi ‘Isa AS. Ternyata Allah telah menerima taubatnya, dan telah mengampuninya dan mengabulkan keinginanya dapat bergabung bersama rombangan Nabi ‘Isa AS.
Tetapi orang-orang Sholih pengikut Nabi merasa risih dan merasa tidak pantas didatangi orang yang pernah bergelimang dosa.
Allah murka dengan kesombongan orang-orang sholih tersebut, dan menyatakan  bahwa orang-orang sholih tersebut menjadi orang-orang yang kosong, zero, nol, artinya semua amal sholihnya telah sirna karena kesombongannya dan telah meremehkan ampunan-Nya. Dan Allah telah menyatakan  bahwa orang  yang tadinya bergelimang dosa dan telah bertaubat, menjadi seseorang yang dinyatakan menjadi orang  Sholih, jauh lebih mulia di atas orang-orang yang telah kosong. Mengapa? Ternyata manusia tidak boleh “ngilani” maghfirah-Nya…..
Subkhanaka laa ‘ilma lana illa maa ‘ngallamtana innaka antal ‘aliimul khakiim.

KISAH TELADAN


Janganlah berbelok, tapi tidak menyadari
Pada awalnya, Si Fulan taat dan bertaqwa kpd Allah, ikhlas  karena mengharap ridho Allah
Pada awalnya, Si Fulan menjauhi semua perbuatan dosa, juga ikhlas karena mengharap ridho Allah
Hari berganti minggu, minggu berganti bulan, bulan berganti tahun, Si Fulan tetap istiqomah dan menjadi terkenal sebagai orang yang sholih.
Kemudian Si Fulan disebut orang sebagai orang alim, pemuka Agama, dihormati orang. Dan Si Fulan berganti sebutan menjadi Kyai Fulan, menjadi imam di sebuah masjid.
Sang Kyai Fulan, juga manusia biasa, yang juga terkadang mempunyai sifat ingin malas beribadah.
Sang Kyai Fulan, juga manusia biasa, yang juga terkadang mempunyai sifat ingin berbuat dosa.
Tapi Sang Kyai Fulan tetap berusaha menjadi rajin beribadah, karena merasa tidak pantas jika Kyai kok malas beribadah.
Tapi Sang Kyai Fulan tetap berusaha menghindari berbuat dosa, karena merasa tidak pantas jika kyai kok berbuat dosa.
Ada yang berbelok pada diri Sang Kyai Fulan, tapi tidak disadarinya, yaitu niatnya.
Dahulu niat beribadah dan menghindari perbuatan dosa karena ikhlas mengharap ridho Allah, tapi kemudian niat  itu berbelok  menjadi karena merasa tidak pantas, karena sebutan yang telah melekat padanya. Apakah Si Fulan masih pantas disebut ikhlas?
Dikisahkan, bahwa dahulu Nabi Musa  AS pernah sakit gigi, kemudian beliau mengadu kepada Allah tentang sakit giginya itu, karena memang beliau adalah nabi yang dianugerahi dapat berkonsultasi langsung kapada Allah. Nabi Musa mendapatkan petunjuk agar mencari sejenis rumput di suatu tempat, kemudian mengunyahnya untuk mengobati sakit giginya itu. Ketemulah rumput tersebut, dikunyah dan sembuhlah sakit giginya.
Suatu saat di kemudian hari, Nabi Musa AS sakit gigi lagi, kemudian beliau pergi mencari rumput itu lagi dan mengunyahnya, tapi rumput tersebut tidak mampu mengobati sakit giginya. Sakit giginya malah tambah parah. Lantas beliau mengadu kepada Allah lagi, mengapa rumput itu tidak menjadi obat lagi.
Akhirnya Allah memberi  teguran kepada Nabi Musa AS, bahwa dulu pada sakit giginya yang pertama beliau ingat kepada Allah, tapi pada sakit giginya yang ke dua, beliau hanya ingat kepada rumput.
Subkhanaka laa ‘ilma lana illa maa ‘ngallamtana innaka antal ‘aliimul khakiim.

Jumat, 12 Oktober 2012

GENERASI "Z" Mas Akhmad Sudrajat


Generasi Z dan Implikasinya terhadap Pendidikan
Posted on 5 Oktober 2012
A.  Siapa Generasi Z itu?
Dalam teori generasi (Generation Theory) hingga saat ini dikenal ada 5 generasi, yaitu: (1) Generasi Baby Boomer, lahir 1946-1964, (2) Generasi X, lahir 1965-1980, (3) Generasi Y, lahir 1981-1994,  (4) Generasi  Z, lahir 1995-2010, dan (5) Generasi Alpha, lahir 2011-2025. Generasi Z (disebut juga iGenerationGenerasi Net, atau Generasi Internet) terlahir dari generasi X dan Generasi Y. Mereka lahir dan dibesarkan di era digital, dengan aneka teknologi yang komplet dan canggih, seperti: komputer/laptop, HandPhone, iPads, PDA, MP3 player, BBM, internet, dan aneka perangkat elektronik lainnya. Sejak kecil, mereka sudah mengenal (atau mungkin diperkenalkan) dan akrab dengan berbagai gadget yang canggih itu, yang secara langsung atau pun tidak langsung akan berpengaruh terhadap perkembangan perilaku dan kepribadiannya. Tuhana Taufiq Andrianto dalam Jusuf AN (2011) memperkirakan akan terjadi booming Generasi Z  sekitar tahun 2020.
B.  Apa Karakteristik Generasi Z
Ingin membaca lebih lanjut? Kunjungi http://akhmadsudrajat.wordpress.com

BERBICARA

Ngerti tidak harus ngomong, tapi kalo mau ngomong harus ngerti.......

Senin, 27 Februari 2012

MENERIMA PERBEDAAN

menerima perbedaan, merupakan salah satu cara untuk meningkatkan rasa nyaman dalam pergaulan.
masing-masing dari kita mempunyai perbedaan, baik perbedaan yang bersifat fisik maupun psikhis, perbedaan kesukaan, perbedaan keinginan, perbedaan pendapat, dan berbagai perbedaan yang menurut anda mungkin berbeda dengan saya.

seseorang akan menjadi gelisah, ketika menghendaki agar orang lain sesuai dengan keinginannya, karena kenyataannya orang lain itu berbeda.

alam di sekitar kita pun berbeda, ada matahari yang bersinar di siang hari, rembulan di malam hari, ada air, ada api, ada angin, ada salju, ada pohon...

semua itu dengan karakteristiknya masing-masing, dan dengan peranannya masing-masing.

mungkin anda berbeda persepsi dan ide dengan saya? boleh saja....

sebuah mesin akan menjadi berfungsi karena adanya unsur-unsur yang berbeda di dalamnya, ada bahan bakar, ada logam, ada pelumas, ada udara, karet dan yang lainnya

ketika kita menyadari bahwa perbedaan itu sesuatu yang wajar, mungkin kita dapat mensinergikan perbedaan itu, mensiasatinya agar saling mendukung menjadi suatu sistem yang saling berguna, saling menguntungkan.

besar kecilnya suatu permasalahan, selain karena besar kecilnya perbedaan, juga tergantung pada kita sendiri. sebagai misal; saya meminjam sebuah mobil mahal dan mewah dari anda, kemudian mobil itu saya jual tanpa seijin anda, uangnya saya gunakan untuk kepentingan saya. ternyata anda tidak mempermasalahkan itu. mungkin karena anda cukup mengenal siapa saya, suatu saat anda akan berunding kepada saya dengan baik-baik, aman.tidak jadi masalah.
tetapi ketika anda meminjam sepasang sandal jepit kepada tetangga, kemudian sandal itu hilang dan tetangga melaporkannya ke polisi, jadi masalah besar.

mari kita sikapi dengan benar, semua perbedaan di antara kita....

Rabu, 08 Februari 2012

Seberapa Jauh, Seberapa DALAM

seberapa yakin kita dapat selalu merasakan
bahwa Tuhan selalu mengetahui
apapun yang kita rasakan
apapun yang kita pikirkan
apapun yang kita lakukan
sekecil apapun
yang nampak maupun yang tersembunyi
yang jelas maupun yang tersamar
semakin yakin kita
semakin kita dapat berharap iman kita dapat bertambah tebal
semakin tidak yakin kita
semakin kita kawatir dan bertanya
apakah kita layak disebut sebagai orang yang beriman kepada Tuhan