Janganlah berbelok, tapi tidak
menyadari
Pada awalnya, Si Fulan taat dan bertaqwa kpd Allah, ikhlas
karena mengharap ridho Allah
Hari berganti minggu, minggu berganti bulan, bulan berganti
tahun, Si Fulan tetap istiqomah dan menjadi terkenal sebagai orang yang sholih.
Kemudian Si Fulan disebut orang sebagai orang alim, pemuka
Agama, dihormati orang. Dan Si Fulan berganti sebutan menjadi Kyai Fulan,
menjadi imam di sebuah masjid.
Sang Kyai Fulan, juga manusia biasa, yang juga terkadang
mempunyai sifat ingin malas beribadah.
Sang Kyai Fulan, juga manusia biasa, yang juga terkadang
mempunyai sifat ingin berbuat dosa.
Tapi Sang Kyai Fulan tetap berusaha menjadi rajin beribadah,
karena merasa tidak pantas jika Kyai kok malas
beribadah.
Tapi Sang Kyai Fulan tetap berusaha menghindari berbuat
dosa, karena merasa tidak pantas jika kyai kok berbuat dosa.
Ada yang berbelok pada diri Sang Kyai Fulan, tapi tidak
disadarinya, yaitu niatnya.
Dahulu niat beribadah dan menghindari perbuatan dosa karena ikhlas mengharap ridho Allah, tapi kemudian
niat itu berbelok menjadi karena merasa
tidak pantas, karena sebutan yang telah melekat padanya. Apakah Si Fulan
masih pantas disebut ikhlas?
Dikisahkan, bahwa dahulu Nabi Musa AS pernah sakit gigi, kemudian beliau mengadu
kepada Allah tentang sakit giginya itu, karena memang beliau adalah nabi yang
dianugerahi dapat berkonsultasi langsung kapada Allah. Nabi Musa mendapatkan
petunjuk agar mencari sejenis rumput di suatu tempat, kemudian mengunyahnya
untuk mengobati sakit giginya itu. Ketemulah rumput tersebut, dikunyah dan
sembuhlah sakit giginya.
Suatu saat di kemudian hari, Nabi Musa AS sakit gigi lagi,
kemudian beliau pergi mencari rumput itu lagi dan mengunyahnya, tapi rumput
tersebut tidak mampu mengobati sakit giginya. Sakit giginya malah tambah parah.
Lantas beliau mengadu kepada Allah lagi, mengapa rumput itu tidak menjadi obat
lagi.
Akhirnya Allah memberi
teguran kepada Nabi Musa AS, bahwa dulu pada sakit giginya yang pertama
beliau ingat kepada Allah, tapi pada sakit giginya yang ke dua, beliau hanya
ingat kepada rumput.
Subkhanaka laa ‘ilma lana illa maa ‘ngallamtana innaka
antal ‘aliimul khakiim.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar